Pandemi, Nilai Ekspor Dari Solo Menurun 50%

UI Usul Kebijakan Ekonomi di Saat Pandemi COVID-19: Selamatkan Nyawa  Minimalisasi Resesi Universitas Indonesia

Ilustrasi Nilai Ekspor Turun dampak dari Pandemi

Pemerintah Kota Surakarta menyatakan. penurunan ekspor komoditas selama pandemi covid-19 mencapai lebih dari 50 persen, seiring dengan penurunan permintaan dari negara tujuan.

Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan Kota Surakarta yang dikeluarkan di Solo, Minggu (13/12/2020), volume ekspor semester dua mengalami penurunan yang cukup signifikan, jika dibandingkan dengan semester satu.

Dinas Perdagangan Kota Surakarta yang melayani dokumen resmi pengantar ekspor untuk beberapa wilayah di Jawa Tengah menyatakan, salah satunya untuk volume ekspor komoditas hasil hutan pada semester satu tahun ini senilai 486.359 dolar AS.

Angka itu mengalami penurunan pada periode Juli-Oktober 2020, yang hanya sebesar 76.109 dolar AS. Selanjutnya, untuk volume ekspor komoditas hasil industri mencapai 4.034.626 dolar AS pada periode Januari-Juni, dan turun pada periode Juli-Oktober sebesar 2.022.929 dolar AS.

Kepala Seksi Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Kota Surakarta, Nanang Dwi Arnanto menambahkan, jika dilihat dari jumlah dokumen yang masuk ke instansi itu, juga terjadi penurunan yang cukup signifikan selama pandemi covid-19.

”Ada salah satu perusahaan tekstil besar di Solo Raya, jika di saat normal untuk satu minggunya mereka bisa mengajukan hingga 15 dokumen, saat ini rata-rata satu minggu hanya satu dokumen,” ungkapnya.

Penurunan
Dia menyebutkan, dokumen itu merupakan surat pengantar ekspor yang di antaranya berisi negara tujuan, nilai produk yang dikirimkan, dan jenis produk. Secara keseluruhan, jika sebelumnya dalam satu hari pihaknya bisa mengeluarkan sebanyak 100 dokumen, untuk saat ini hanya sekitar 50 dokumen.

”Sebetulnya, target kami tahun ini bisa mengeluarkan hingga 20 ribu dokumen, tetapi sampai saat ini baru sebanyak 12 ribu dokumen yang keluar. Untuk tahun lalu, dokumen yang keluar mencapai 22 ribu dokumen,” sebutnya.

Menurut dia, selain mengalami penurunan jumlah dokumen, untuk nilai produk yang dikirimkan juga mengalami penurunan.

”Saat ini satu dokumen nilai ekspornya sekitar Rp 1 miliar, kalau dulu bisa sampai Rp 5-10 miliar,” lanjutnya.

Ant-Riyan